KANIGARAN
- Pemerintah Kota Probolinggo bersama Badan Pusat Statistik (BPS)
menggelar rapat koordinasi membahas persiapan pelaksanaan program Bromo
Cantik, sebuah inisiatif pengumpulan dan pemanfaatan data sektoral yang
lebih adaptif, valid, dan langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Rapat
ini berlangsung di Ruang Rapat Diskominfo, Kamis (17/7).
Rapat dipimpin Wakil Wali Kota
Probolinggo Ina Dwi Lestari, dan dihadiri oleh para asisten, perwakilan
perangkat daerah terkait seperti Diskominfo, DKUP, Disperinaker,
Dispopar, serta para camat se-Kota Probolinggo.
Bromo
Cantik, kepanjangan dari Bangun Responsif dan Kembangkan Inovasi dengan
Kelurahan Cinta Statistik, merupakan pengembangan dan rebranding dari
program Kelurahan Cantik yang sebelumnya telah berjalan. Bedanya,
program ini hadir dengan pendekatan yang lebih relevan dengan kebutuhan
pembangunan Kota Probolinggo. Fokus pada integrasi dan validasi data
sektoral yang mencakup empat tema utama, yaitu data kemiskinan, data
harga, data pariwisata dan data pengangguran.
Data sektoral tersebut dikumpulkan
langsung dari tingkat kelurahan, dengan pendekatan bottom-up untuk
memastikan kondisi lapangan tergambarkan secara akurat. Sementara itu,
pengumpulan data akan dilakukan oleh agen-agen statistik, seperti
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan perangkat kelurahan, tergantung pada
tema data yang dikumpulkan.
Wakil Wali Kota Probolinggo, Ina Dwi
Lestari, menekankan bahwa program Bromo Cantik bukan hanya soal nama
atau branding. “Tapi perjalanan daerah dalam menjalankan Asta Cita,
yaitu membangun dari kelurahan. Bagaimana kita benar-benar tahu kondisi
masyarakat, apakah petani sudah layak, apakah nelayan sudah layak dan
lain sebagainya, semua itu berasal dari data,” ujar Wakil Wali Kota Ina.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Probolinggo, Madihah, menyampaikan bahwa
hasil dari pendataan ini akan diintegrasikan dalam dashboard Kota
Probolinggo. Dan menjadi bagian dari chip dashboard yang membantu
pimpinan daerah dalam mengambil kebijakan berdasarkan data yang faktual
dan terkini.
“Bromo Cantik ini juga terintegrasi
dengan Dasboard. Perbedaannya kalau Dashboard berasal dari teman
perangkat daerah dan berisi data-data krusial atau strategis yang
dibutuhkan oleh pimpinan untuk mengambil kebijakan. Bromo Cantik
berperan sebagai penguatan datanya. Karena benar-benar berbasis kondisi
riil masyarakat dan sudah melalui proses verifikasi oleh BPS,” jelasnya.
Kepala
BPS Kota Probolinggo, Mouna Sri Wahyuni mengatakan bahwa sasaran
pendataan awal akan difokuskan pada masyarakat yang masuk kategori desil
1 dan desil 2, yaitu kelompok rumah tangga miskin ekstrim.
“Kita mulai dari desil 1 dan desil 2
terlebih dahulu. Datanya sebenarnya sudah ada, mungkin tidak jauh
berbeda dengan data DTSEN (Data Tunggal Sensus Ekonomi Nasional). Itu
nanti yang kita update dan verval (verifikasi dan validasi)," jelas
Mouna.
Ia menegaskan bahwa data yang kuat dari
tingkat kelurahan sangat penting karena menjadi pondasi bagi kebijakan
yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. “Kalau kita perhatikan
dari Asta Cita yang ke-6, bahwa pembangunan harus dimulai dari desa dan
kelurahan. Bagaimana stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, penurunan
kemiskinan dan pengangguran, itu diawali dari data yang di tingkat
kelurahan/desa,” tambahnya. (uby/fa)