KANIGARAN
- Membangun ekosistem pelayanan publik yang inklusif serta ramah
terhadap kelompok rentan merupakan tugas dan kewajiban setiap pemangku
pejabat publik. Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota
Probolinggo dr. Evariani dalam mendukung Program Kota Inklusif sebagai
upaya pemerintah mewujudkan kebijakan inklusif dan berkeadilan. Dengan
menggagas kegiatan yang bertajuk "Pengarusutamaan Isu Difabel" yang
diselenggarakan di Bale Hinggil, Sabtu (17/05) siang.
dr. Evariani yang juga didapuk sebagai
Bunda Inklusi mengajak segenap peserta yang hadir dari camat, Ketua
Penggerak PKK Kecamatan dan Kelurahan untuk turut berpartisipasi dalam
mewujudkan Pemerintah Inklusif berbasis prinsip GEDSI (Gender,
Disabilitas dan Inklusi Sosial)
Dalam
kesempatan ini, ia juga menjelaskan peran penting TP PKK dalam
merancang inisiatif kolaboratif lintas sektor, guna menempatkan keluarga
dan masyarakat sebagai fondasi awal dan utama untuk mendorong perubahan
sosial. Dimana pengarusutamaan isu difabel merupakan mandat moral
setiap individu, maka salah satunya bersama TP PKK sebagai mitra
strategis dalam keberhasilan mewujudkan Kota Inklusif di Kota
Probolinggo.
"Kita akan membuka akses yang
seluas-luasnya kepada kelompok rentan. Melibatkan kaum disabilitas agar
mampu menciptakan perubahan kebijakan yang berkelanjutan. Saya yakin
dibalik keterbatasannya justru biasanya banyak serapan ilmu yang kita
terima. Jadi semuanya lain kali kalau ada kegiatan mungkin ada kaum
disabilitas itu ditampilkan, kita ajak mereka, kita beri ruang, beri
dukungan," ucapnya.
Dalam paparannya, dr. Evariani mengaku
memiliki strategi dan perencanaan solusi yang kolaboratif dengan
menggandeng perangkat daerah, komunitas dan dunia usaha. Dengan mengajak
kader PKK lainnya untuk mendorong keterlibatan aktif seluruh keluarga
besar penyandang disabilitas dalam pembangunan kota.
Dengan
menggandeng Founder PPDIS (Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo) Luluk
Ariantiny, para peserta yang hadir diajak untuk saling berdiskusi dan
membahas banyak hal, mulai dari keterlibatan aktif kader PKK dalam
menggandeng kaum disabilitas, hingga Peta Jalan Integrasi Program Pokok
TP PKK dalam mendukung dan mewujudkan Kota Probolinggo Kota Inklusif.
"Jadi nanti kita akan menambah program
kerja tambahan setiap pokja, berkolaborasi bersama demi mewujudkan
harapan satu visi yang sama. Kita nanti juga coba minta Disnaker untuk
menambah pelatihan bagi kaum disabilitas," jelas bunda iklusi.
Ia juga menegaskan kepada masing-masing
perangkat daerah yang hadir untuk turut serta membantu dan mewujudkan
Kelurahan Inklusif. Salah satunya Diskominfo yang diminta untuk
mendokumentasikan segala kegiatan positif bersama disabilitas agar dapat
terekspose dan dimunculkan dalam pemberitaan. "Kami mohon dengan cataan
masing-masing perangkat daerah terkait keterlibatannya, agar harapan
kita bersama tercapai. Kepada Diskominfo, segala informasi atau
pemberitaan positif kaum disabilitas dapat dimuat agar masyarakat lebih
banyak mengetahui," pintanya.
Sementara
itu, Kepala Bappeda Litbang Diah Sajekti menjelaskan, melalui giat ini,
diharapkan dapat menjadi langkah konkret agar hak-hak difabel
benar-benar terakomodasi dalam perencanaan pembangunan daerah.
Sebagaimana prinsip No One Left Behind, dimana pelaksanaan pembangunan
harus memberi manfaat untuk semua serta melibatkan semua kepentingan.
"Tata kelola kehidupan yang inklusif
menjadi salah satu syarat utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas
2045. Dengan prinsip tersebut, setiap kelompok masyarakat dapat
terpenuhi seluruh hak-haknya tanpa diskriminasi, dapat terlibat dan
berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan," ujarnya.
Pihaknya berharap, kolaborasi bersama
dengan TP PKK dapat mewujudkan Kota Probolinggo Inklusif melalui
pembentukan Kelurahan Inklusif sehingga dapat mencontoh Situbondo yang
terlebih dahulu sukses dalam pembangunan Kota Inklusif. (dev/pin)