Kanigaran –
Kota Probolinggo menerima kunjungan Kedutaan Besar Australia, yang
diwakili oleh Minister Counsellor Tata Kelola dan Pembangunan Manusia,
Tim Stapleton, pada Kamis sore (6/2). Kunjungan ini disambut oleh
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Wawan Sugiantono di Balai
Pertemuan Kecamatan Kanigaran, Jalan Slamet Riyadi.
Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau
hasil kerja dan mendiskusikan kolaborasi Kemitraan Indonesia-Australia
melalui Program INKLUSI yang diimplementasikan oleh SIGAB (Sasana
Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel) serta PPDiS (Yayasan Pelopor
Peduli Disabilitas Situbondo). Selain itu, Program KIAT/GESIT, yang
dikelola oleh Muslimat NU dan Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia),
juga menjadi topik pembahasan dalam kaitannya dengan upaya pemerintah
setempat dalam mewujudkan inklusi disabilitas.
Kepala
Bappeda Litbang Diah Sayekti dalam laporannya menegaskan bahwa Pemkot
Probolinggo terus memperhatikan kesejahteraan kelompok disabilitas.
"Pemkot telah berupaya memberikan kesetaraan, penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan hak-hak disabilitas dengan menjadikan Kota
Probolinggo sebagai kota yang ramah disabilitas," ujarnya.
Beberapa langkah yang telah dilakukan
Pemkot untuk mewujudkan kota inklusif antara lain penyediaan
aksesibilitas ramah kelompok rentan, pembentukan unit layanan
disabilitas, pembukaan pelatihan bagi kaum disabilitas, hingga penerapan
pendidikan inklusif dengan kurikulum yang sesuai.
Ke depan, Kota Probolinggo akan
mengimplementasikan program inklusi di enam kelurahan sebagai
percontohan untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi
penyandang disabilitas.
Moch
Syamsudin, Wakil Direktur SIGAB Indonesia, menekankan pentingnya
kolaborasi semua pihak untuk menciptakan pembangunan yang inklusif.
"Kunci utama keberhasilan pembangunan adalah keterlibatan disabilitas,
pemerintah, dan instansi swasta dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan daerah," ujarnya.
Senada dengan Syamsudin, Santoso,
Manajer PPDiS, menambahkan bahwa keterlibatan penyandang disabilitas
dalam Musrenbang akan menghasilkan data yang lebih akurat, sehingga
dapat membawa perubahan signifikan bagi kebijakan pembangunan daerah.
Menanggapi hal tersebut, Wawan
Sugiantono menegaskan bahwa pencapaian para penyandang disabilitas
menunjukkan bahwa mereka mampu beraktivitas seperti masyarakat pada
umumnya. "Kekurangan bukan menjadi pembeda, tetapi justru menjadi
semangat untuk membangun daerah bersama," katanya. Ia juga mendorong
masyarakat agar lebih peduli dalam memberikan data terkait kelompok
disabilitas kepada pemerintah, sehingga semakin banyak penyandang
disabilitas yang dapat menerima manfaat dari program pembangunan.
Sementara
itu, tim Kedubes Australia juga mengapresiasi langkah-langkah inklusi
yang telah dilakukan di Probolinggo Raya. "Kolaborasi antara Australia
dan Indonesia, khususnya dengan Probolinggo, didasari oleh komitmen
bersama untuk meningkatkan kesejahteraan disabilitas dan menjadikan
daerah ini sebagai kota inklusif," ujar Tim Stapleton, yang fasih
berbahasa Indonesia.
Acara ini turut dihadiri oleh
Sekretariat Inklusi, Kepala OPD Kota/Kabupaten terkait, Camat Kanigaran,
Perwakilan Kelompok Difabel Kelurahan (KDK), serta perwakilan
perusahaan.
Kunjungan ini menjadi momentum penting
bagi Kota Probolinggo dalam memperkuat upaya menuju kota inklusif, di
mana setiap individu, tanpa terkecuali, dapat merasakan manfaat dari
pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. (vv/pin)