Mayangan
– Suasana Jawa tempo dulu terasa begitu kental menyelimuti Jumat malam
(4/7) di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Ribuan pengunjung tumpah ruah memadati Jalan Wijaya Kusuma, menyaksikan
kemeriahan "Pasar Djaman Biyen", sebuah festival budaya dalam rangka
acara Bersih Kampung Bremi 2025 yang sukses menyedot perhatian
masyarakat sekitar.
Belasan stan kuliner berjajar rapi di
sepanjang jalan, menampilkan aneka makanan tradisional dengan ornamen
khas warung dan pondokan zaman dahulu. Dinding bambu gedek, atap jerami,
hingga pencahayaan remang-remang menyempurnakan atmosfer “mbiyen” yang
autentik. Tak hanya dekorasi, para penjaja dan tamu undangan juga tampil
lengkap dengan busana adat Jawa, menjadikan festival ini benar-benar
berbeda dari gelaran lainnya.
Di
tengah padatnya rangkaian acara SEMIPRO, Wali Kota Probolinggo dr.
Aminuddin hadir langsung mengenakan baju adat Jawa, didampingi istri
tercinta yang juga Ketua TP PKK Kota Probolinggo, dr. Evariani, serta
cucu mereka yang berada di gendongan. Suasana hangat dan akrab tercipta
kala Wali Kota Aminuddin memborong kuliner dari setiap stan, sementara
sang istri terpikat oleh batik khas Kampung Batik Bremi.
Tak hanya kuliner dan busana, beberapa
layanan publik juga dihadirkan di acara ini, seperti pelayanan pembuatan
NIB dari DPMPTSP serta pembayaran PBB dari DPPKAD Kota Probolinggo,
menjadikan festival ini sekaligus sebagai ruang layanan publik yang
ramah dan terbuka.
Malam itu, di tengah hembusan angin
dingin khas musim angin di Probolinggo, semangat masyarakat tak surut.
Anak-anak setempat menampilkan Tarian Geger Bumi, sebuah tarian
tradisional Jawa kontemporer yang menggambarkan semangat masyarakat
menghadapi tantangan. Gerakan tari yang dinamis dan penuh energi menuai
aplaus dari para pengunjung dan tamu undangan.
Plt Lurah Sukabumi, Angga Budi Pramudya,
menyebutkan acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Bersih
Kampung Bremi yang sudah berjalan selama satu dekade. “Ini adalah
bentuk pelestarian budaya sekaligus upaya membangkitkan kesadaran akan
pentingnya mengenal sejarah masa lalu, terutama bagi generasi muda,”
ujar Angga.
Ia juga menyampaikan target omset dari
12 stan yang ada pada malam itu total mencapai Rp 24 juta, dengan
rata-rata penjualan per stand mencapai Rp 2 juta.
Tak
kalah meriah, puncak acara malam itu ditutup dengan penampilan line
dance batik yang dipimpin langsung oleh dr. Evariani bersama ibu-ibu TP
PKK Kota Probolinggo. Mengenakan batik khas Kampung Bremi, mereka menari
dengan luwes dan memukau ribuan pengunjung. “Ini bukan sekadar
penampilan seni, tapi bentuk promosi dan cinta terhadap warisan budaya
lokal. Batik Bremi telah menembus pasar internasional, dan kita bangga
mengenakannya,” ujar dr. Evariani.
Sementara, Wali Kota Aminuddin
menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya acara ini. “Melalui
kegiatan ini, kita mendukung pemberdayaan masyarakat di bidang seni dan
budaya, sekaligus memberi dampak ekonomi bagi UMKM dan warga sekitar,”
katanya.
Ia juga mengaitkan acara ini dengan
program unggulannya, Probolinggo BERSOLEK – akronim dari Bersih, Elok,
Ramah, Sejahtera, Organik, Lestari, Edukatif, dan Kreatif. "Maknanya,
kita menata kota dengan memperkuat karakter masyarakat, memperindah
lingkungan, membangun ekonomi berkelanjutan, dan mengembangkan
kreativitas lokal demi masa depan yang inklusif dan bermartabat,"
jelasnya.
Acara turut dihadiri oleh kepala OPD,
Camat Mayangan, perangkat daerah, dan seluruh jajaran TP PKK Kota
Probolinggo. Kemeriahan malam itu bukan sekadar perayaan, tapi juga
refleksi cinta terhadap budaya dan identitas bangsa yang diwariskan dari
generasi ke generasi. (vv/pin)