MAYANGAN
- Pemerintah Kota Probolinggo, melalui Lembaga Amil Zakat Nasional
(LAZNAS) Kota Probolinggo bekerja sama dengan Dewan Dakwah Jawa Timur,
kembali menggelar program Hijrah Hapus Tato di Rumah Dinas Sekda, Jalan
Ahmad Yani, Minggu (21/9). Acara yang dimulai pukul 08.00 hingga 21.00
WIB ini menjadi yang ke delapan kalinya diselenggarakan.
Ketua Panitia Kegiatan Heri Wijayani
menjelaskan, bahwa program ini digelar dalam rangka memperingati Hari
Jadi ke-666 Kota Probolinggo yang. Sebagai bentuk apresiasi, tahun ini
ada keistimewaan bagi peserta yang memiliki Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). “Untuk tahun kedelapan ini, kami memberikan modal usaha
sebesar Rp 1,5 juta untuk 5 orang pelaku UMKM yang ikut serta dalam
program ini,” kata Heri. Bantuan tersebut diberikan untuk memberikan
semangat bagi mereka yang berkomitmen untuk berhijrah dan memperbaiki
diri.
Heri juga menjelaskan bahwa peserta yang
mengikuti kegiatan ini harus beragama Islam, serta memiliki komitmen
yang kuat untuk berhijrah, dengan menyetorkan surat Ad Dhuha. Meskipun
demikian, ia menyebutkan bahwa mereka yang belum hafal surat tersebut
tetap diterima dengan memberikan toleransi. “Ada beberapa peserta yang
mengaku belum hafal namun mereka berusaha untuk menghafalkannya. Kami
memberi apresiasi untuk usaha mereka,” tambahnya.
Hingga
saat ini, sebanyak 45 orang sudah mendaftar secara online, sementara 15
orang mendaftar secara offline. Beberapa peserta datang dari luar kota,
termasuk Jember dan Lamongan.
“Mereka datang dengan semangat tinggi,
ada yang bahkan datang dengan motor dari Jember. Ini luar biasa, dan
kami sangat mengapresiasi mereka,” ujar Heri. Ia juga menyampaikan
terima kasih kepada Pemerintah Kota Probolinggo yang telah mendukung
penuh kegiatan ini.
Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin yang
juga menyempatkan diri untuk meninjau jalannya kegiatan, memberikan
apresiasi terhadap upaya Dewan Dakwah dalam menyelenggarakan acara ini.
“Tato tidak bisa langsung dihapus dalam satu atau dua kali tindakan,
tergantung dari kedalaman tato itu sendiri. Saya mendukung kegiatan ini
agar semakin banyak orang yang sadar dan ingin berhijrah,” ujar Wali
Kota. Ia juga berdoa agar program ini membawa keberkahan bagi para
peserta.
Salah satu peserta, Pahing (52) warga
Kelurahan Pilang yang sudah mengikuti acara ini untuk kedelapan kalinya,
berbagi kisah mengenai alasan dirinya menghapus tato. “Saya merasa malu
dengan anak-anak. Dulu, saya merasa tato adalah bagian dari identitas,
namun setelah menikah dan punya anak, saya merasa sangat menyesal. Takut
salat saya tidak sah, dan ingin kembali ke jalan yang benar,” ungkap
Pahing.
Menurutnya, biaya penghapusan tato di
studio bisa mencapai Rp 7,5 juta hingga Rp 8 juta untuk satu kali
treatment. Namun, dengan adanya kegiatan seperti ini, ia merasa sangat
terbantu. “Alhamdulillah, saya merasa sangat terbantu. Kalau di tempat
lain, biayanya mahal sekali,” tambahnya.
Pahing juga menitipkan pesan kepada
masyarakat yang belum memiliki tato. “Bagi yang belum bertato, jangan
pernah mencoba-coba. Menghapus tato itu sangat sakit, lebih sakit
daripada saat ditato. Jangan pernah menyakiti diri sendiri, saya
menyesal,” tegasnya. (dy/pin)