PROBOLINGGO -
Untuk memastikan harga bahan pokok tetap terkendali dan stok aman bagi
masyarakat, Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin bersama Wakil Wali Kota
Ina Dwi Lestari memonitoring harga dan ketersediaan bahan pokok di Pasar
Kronong Mayangan dan Pasar Wonoasih, Selasa (15/7).
“Ya, ini tadi kita mulai di Pasar
Kronong dan Pasar Wonoasih. Tujuannya untuk mengecek harga, khususnya
komoditas yang harganya masih tinggi, seperti cabai rawit merah. Tadi
masih di harga Rp 65.000 sampai Rp. 70.000 per kilogram,” ujar Wali Kota
Aminuddin saat diwawancarai di Pasar Wonoasih.
Kenaikan harga cabai ini, menurutnya,
menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah daerah. “Kita belum tahu pasti
soal rantai distribusinya. Tapi ini jadi pelajaran, supaya ke depan bisa
lebih stabil. Saya harap Dinas Pertanian bisa dorong petani untuk tanam
cabai agar stok di Kota Probolinggo tetap aman,” lanjutnya.
Tak
hanya sekadar meninjau, Wali Kota Aminuddin juga menyoroti bangunan
pasar yang menurutnya perlu banyak pembenahan. "Pasar kita masih perlu
banyak renovasi. Harapannya, nanti pasar bisa jadi lebih nyaman dan
menarik untuk dikunjungi. Pasar yang nyaman bisa mendongkrak minat
masyarakat untuk belanja langsung dan itu juga mendukung pengendalian
inflasi daerah," ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Koperasi, Usaha
Mikro dan Perdagangan (DKUP) Fitriawati, yang turut mendampingi kegiatan
tersebut, menyampaikan bahwa pantauan harga hari ini (15/7) menunjukkan
tren fluktuatif.
“Tomat dan cabai merah besar mengalami
penurunan harga. Tomat sekarang di harga Rp 25.000 per kg, cabai merah
besar sesuai HAP (Harga Acuan Pemerintah) di harga Rp 41.000 per
kilogram. Tapi cabai rawit kecil masih tinggi. Di Pasar Kronong Rp
65.000 per kilogram, dan di Pasar Wonoasih bahkan Rp 70.000 per
kilogram, padahal HAP-nya Rp 57.000 per kilogram,” jelasnya.
Untuk
kebutuhan pokok lain seperti beras dan minyak goreng, pihaknya telah
berkoordinasi dengan Bulog dan memastikan stok masih aman dan harga
dalam kategori normal. “Masyarakat masih membutuhkan beras dengan harga
yang lebih murah. Maka kami bekerja sama dengan Bulog untuk penyiapan
beras SPHP, baik di toko Kopi Siaga maupun warung TPID nantinya. Tidak
ada yang perlu dikhawatirkan oleh masyarakat, stok beras dan minyak
goreng cukup,” tambah Fitriawati.
Menariknya, Fitriawati menambahkan bahwa
inflasi di Kota Probolinggo justru banyak dipicu oleh kenaikan harga
emas, bukan semata karena sembako. "Masyarakat Kota Probolinggo ini
senang beli emas. Walau harga emas dunia turun, harga di toko tetap
tinggi. Jadi sumbangan inflasi terbesar ya dari emas, bukan hanya
sembako," jelasnya.
Sebagai langkah antisipatif, Pemerintah
Kota Probolinggo rutin menggelar pasar murah setiap hari Rabu di
titik-titik strategis. Selain itu, tersedia juga Warung TPID dan Kopi
Siaga sebagai alternatif belanja kebutuhan pokok dengan harga
terjangkau.
“Kondisi saat ini sudah cukup normal.
Bahkan kami rutin gelar pasar murah setiap hari Rabu di berbagai titik
strategis, selain itu juga ada Warung TPID dan Kopi Siaga. Jadi untuk
sembako, kami pastikan aman, masyarakat tidak perlu panic buying,”
jelasnya.
Terkait
kondisi fisik pasar yang menjadi perhatian Wali Kota Probolinggo,
Fitriawati menjelaskan keberadaan bedak-bedak liar di Pasar Kronong
nantinya akan dibongkar. Pasalnya, area tersebut akan disiapkan untuk
sistem palang parkir elektronik sebagai bagian dari penataan akses
keluar-masuk pasar.
Sementara itu, untuk Pasar Wonoasih
pihaknya belum memiliki anggaran pemeliharaan yang cukup besar, sehingga
perlu solusi jangka panjang. “Pak Wali Kota minta agar pasar ini bisa
diusulkan ke investor. Selain karena kondisi fisik bangunannya banyak
yang harus diperbaiki, banyak potensi yang bisa dikembangkan dan menarik
investor,” ujar Fitriawati.
Hadir dalam kegiatan ini, perwakilan
forkopimda, Kepala BPS Kota Probolinggo, Asisten Perekonomian dan
Pembangunan, Staf Ahli Wali Kota, Kepala DPKPP, Bagian Perekonomian
serta pihak terkait lainnya. (mir/fa)