KANIGARAN
- Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin, menerima audiensi dari Pelopor
Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) di rumah jabatan wali kota, Rabu
(18/6) pagi. Audiensi ini menjadi momentum penting dalam memperkuat
komitmen Pemerintah Kota Probolinggo terhadap pembangunan inklusif
disabilitas.
Dalam sambutannya, Wali Kota Aminuddin
menegaskan kembali komitmennya untuk menjadikan Kota Probolinggo sebagai
kota ramah difabel. “Saya berkomitmen bukan hanya secara formal, tapi
secara moral dan sosial. Saya minta dinas PU segera menyediakan
ruang-ruang publik yang ramah difabel, termasuk jalan, taman, dan
fasilitas umum lainnya. Saya juga dorong Dispopar mengumpulkan seluruh
pengelola hotel untuk mewujudkan hotel ramah difabel,” tegasnya.
Ia
mengajak seluruh OPD untuk tidak melihat isu disabilitas hanya sebagai
ranah Dinas Sosial semata, namun sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghadirkan keadilan dan akses setara bagi seluruh warga kota. “Kita
harus membuka peluang kerja sama seluas-luasnya, baik dengan pemerintah
luar negeri maupun NGO internasional. Kota Probolinggo harus menjadi
contoh nyata kota inklusif di Indonesia,” pungkasnya
Sementara itu, Kepala Bappeda Litbang,
Diah Sajekti, dalam paparannya menegaskan bahwa Kota Probolinggo
berkomitmen penuh untuk mewujudkan kesetaraan, penghormatan, pelindungan
dan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas. Saat ini, terdapat tujuh
komunitas disabilitas aktif di Kota Probolinggo, yakni PERTUNI,
GERKATIN, PERDISAPRO, HWDI, DMI, Y-AMI, dan PPDI.
“Sebagai bentuk penguatan sinergi antar komunitas, Pemkot melalui Bappeda Litbang membentuk Forum Sahabat Disabilitas Kota Probolinggo sebagai wadah komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antar penyandang disabilitas,” terang Diah.
Diah
menyoroti masih adanya cara pandang yang keliru terhadap penyandang
disabilitas di masyarakat maupun di lingkungan birokrasi, di mana mereka
cenderung diposisikan sebagai pihak yang hanya membutuhkan bantuan
sosial. Ia menekankan pentingnya perubahan paradigma menuju pendekatan
pemberdayaan yang lebih inklusif.
Diah juga mengungkapkan bahwa pada akhir
2021 Bappeda Litbang telah melakukan studi tiru ke Kabupaten Situbondo
yang mendapatkan penghargaan dari USAID sebagai kabupaten paling
inklusif. Dari kunjungan tersebut, terjalin kerjasama dengan PPDiS
melalui program kemitraan Australia–Indonesia dalam pembangunan
inklusif. Sebagai tindak lanjut, Pemkot dan PPDiS mendatangani Mou serta
serta Perjanjian Kerja Sama (PKS) mulai Juni 2022 selama tiga tahun.
Ketua PPDiS Luluk Ariyantiny, yang hadir
bersama perwakilan komunitas disabilitas Kota Probolinggo, menyampaikan
apresiasi atas komitmen dan sinergi yang telah terjalin. Ia mengusulkan
pembaruan kerja sama yang telah habis masa berlakunya dan berharap Kota
Probolinggo dapat terus menjadi rujukan praktik inklusivitas di tingkat
nasional.
“Probolinggo
sudah menjadi salah satu contoh praktik baik di Indonesia. Kami
berharap kerja sama ini dapat diperpanjang dan ditingkatkan. Bahkan,
kami mengundang Bapak Wali Kota hadir dalam Temu Inklusi Nasional ke-6
pada 1–3 September mendatang,” ujar Luluk.
Ia juga meminta dukungan Diskominfo
untuk memfasilitasi kegiatan hybrid pendidikan inklusi pada bulan Juli
mendatang yang akan melibatkan kementerian dan organisasi internasional.
Puncak acara ditandai dengan
penandatanganan pembaruan MoU dan PKS antara Pemkot Probolinggo dan
PPDiS. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua TP PKK dr. Evariani,
Kepala Bappeda Litbang Diah Sajekti, para kepala perangkat daerah
terkait, serta camat se-Kota Probolinggo. (dy/uby)